Ruh, Malaikat, dan Jin

RUH, MALAIKAT, DAN JIN

Pengen download makalah lengkapnya, klik aja disini,,,,

1. RUH
Dalam jasad manusia, terdapat suatu hal yang sangat menarik, sesuatu yang bersmbunyi dan bersemayam di dalam diri manusia, namun tidak bisa dilihat dengan penglihatan material maupun non material, tidak bisa didengar, diraba, dicium, dan dirasa. Dingkatnya tidak bisa dicapai dengan pancaindera biasa maupun dengan pancaindra luar biasa, yaitu yang disebut dengan Ruh.
Ruh, satu kata sederhana yang terbentuk dari susunan 3 huruf ternyata tidak mampu dijabarkan secara detil oleh manusia. Kamus-kamus bahasa yang ada di dunia juga tidak dapat menjabarkan arti ruh secara gamblang .
Namun dalam Al-Qur’an, kata Ruh sendiri memiliki banyak pengertian, dan memakainya dalam pengertian yang berbeda pula. Diantranya adalah wahyu, pembawa wahyu, yakni Jibril, dan roh yang membuat hidup badan.
Menurut Al-Kindi, ruh adalah berbeda dari badan kita dan ia mempunyai wujud sendiri. Argumen yang dimajukan Al-Kindi untuk menjelaskan tentang perlainan ruh dari badan itu ialah tentang keadaan badan yang mempunyai hawa nafsu, sedangkan ruh menentang keinginan hawa nafsu itu .
Sebagian ulama memahami kata ruh itu memiliki pengertian potensi pada diri makhluk yang menjadikannya dapat hidup. Dan ulama lain juga memahami bahwa kata ruh itu sebagai Jibril. Sedangkan menurut Thabathaba’i ruh adalah sumber hidup yang dengan ruh itu manusia dan hewan merasa dan memiliki gerak yang dikehendakinya .
Menurut Ibnu Sina, ruh dapat dibagi kepada 3 macdam, yaitu:
a. Ruh tumbuh-tumbuhan (al-nabatiyah), yang memiliki daya makan (al-ghaziyah), tumbuh (al-munmiyah) dan berkembang biak (al-maulidah).
b. Ruh binatang (al-hawaniyah), yang memiliki daya gerak (al-kuharrikah) dan menangkap (al-mudrikah).
c. Ruh manusia yang memiliki daya praktis (al-‘amilah) .
Ruh tidak ubahnya seperti cermin yang dapat menagkap gambaran dari benda-benda yang ada di depannya, dan karena ruh adalah cahaya dari Tuhan, maka ia dapat menangkap ilmu-ilmu yang ada pada-Nya, tapi kalau ruh itu kotor, maka sebagaimana halnya cermin kotor, ia tidak dapat menangkap pengetahuan yang dipancarkan Tuhan.
Selain itu, ruh juga bersifat kekal dan tidak hancur dengan hancurnya badan. Hal ini dikarenakan karena substansi ruh barasala dari substansi Tuhan. Selanjutnya, ruh itu berhajat pada badan, karena badanlah yang menolong ruh manusia untuk dapat berpikir. Pancaindera dan indera-indera bathinlah yang menolong ruh untuk dapat memperoleh konsep-konsep dan ide-ide dari alam sekelilingnya.
Sudah menjadi fitrah bagi setiap insan, dengan adanya rasa ingin tahu, terutama pada hal yang terselubung, terhadap rahasia, kemauan untuk mengetahui besar sekali. Semakin tersembunyi semakin membuat manusia penasaran.
Baca lebih lanjut

Kesehatan Mental

Download makalah lengkapnya disini,,,,!!!!

A.    Pengertian Kesehatan Mental.

Sebelum kita membahas pengertian kesehatan mental. Kita perlu melacak dari beberapa pengertian yang telah oleh beberapa pakar psikologi. Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami perkembangan sebagai berikut :

a.       Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa (neurosis dan psikosis).[1]

b.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.[2]

c.       Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan bathin (konflik).

d.      Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa.[3]

Dari pengertian diatas diambil suatu batasan bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-kegoncangan yang biasa, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang ada semaksimal mungkin.

Dalam pengertian yang sangat sederhana kesehatan mental sudah dikenal sejak manusia pertama yaitu Adam, karena Adam merasa berdosa dan meyebabkan jiwanya gelisah dan sedih. Untuk menghilangkan kesedihan itu ia bertaubat kepada Allah dan taubatnya itu diterima  di sisi Allah SWT. Baca lebih lanjut

Bertambah dan Berkurangnya Keimanan

Ketahuilah, iman yang ada di dalam diri seorang hamba itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang atau bahkan hilang tanpa bekas dari diri seseorang. Al-Imam Abdurrahman bin Amr Al-Auza’i rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah. Beliau menjawab: “Betul (bertambah), sampai seperti gunung.” Lalu beliau ditanya lagi: “Apakah bisa berkurang?” Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak tersisa sedikitpun.”

Demikian pula Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Ahmad bin Hambal rahimahullah pernah ditanya tentang keimanan, apakah bisa bertambah dan berkurang? Beliau menjawab: “Iman bertambah sampai puncak langit yang tujuh dan berkurang sampai kerak bumi yang tujuh.” Beliau juga menyatakan: “Iman itu (terdiri atas) ucapan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang. Apabila engkau mengamalkan kebajikan, maka iman akan bertambah, dan apabila engkau menyia-nyiakannya, maka iman pun akan berkurang.”

Nah, inilah aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah itu, yakni meyakini bahwa sesungguhnya iman seseorang itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang. Setelah kita tahu bahwa ternyata iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang mukmin untuk menjaga kualitas imannya? Al Imam Allamah Abdurrahman bin Nashr As Sa’di rahimahullah mengatakan: “Seorang mukmin yang diberi taufiq oleh Allah Ta’ala, dia senantiasa berusaha melakukan dua hal: Pertama, memurnikan keimanan dan cabang-cabangnya, dengan cara mengilmui dan mengamalkannya. Kedua, berusaha untuk menolak atau membentengi diri dari bentuk-bentuk ujian (cobaan) yang tampak maupun tersembunyi yang dapat menafikannya (menghilangkannya), membatalkannya atau mengikis keimanannya itu.” (At Taudhih wal Bayan lisy Syajarotil Iman, hal 38).
Baca lebih lanjut

Sekolah Islam

Sekolah Islam, selain madrasah, hampir bisa dipastikan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang mengalami kemajuan fenomenal dalam tiga dasawarsa terakhir. Dan, kemajuan itu tidak hanya mengubah lanskap kelembagaan Islam di negeri ini, bahkan memengaruhi dinamika Islam di Indonesia secara keseluruhan.

Saya mengamati, meneliti, dan mengkaji perkembangan dan dinamika sekolah-sekolah Islam sejak 1980-an dan pernah mempresentasikan makalah tentang lembaga pendidikan ini dalam konferensi EUROSEAS di Hamburg di akhir 1990-an. Tentu saja, sejak milenium baru 2000 terjadi banyak perubahan pada sekolah Islam dan lembaga pendidikan Islam lainnya; kata kunci yang menandai perubahan itu adalah meningkatnya kualitas dan daya tarik sekolah-sekolah tersebut.
Baca lebih lanjut

Hukum Pacaran Dalam Islam

Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki.Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai “naksir” lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai berpacaran

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya.Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim sura, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat, apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.
Baca lebih lanjut